Makalah
:
MANFAAT SIG
DALAM KEHUTANAN
Oleh :
AKSAN ARDIYANSAH
M1A1 13 005
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sistem Informasi Geografis, Istilah
ini digunakan karena GIS dibangun berdasarkan pada ‘geografi’ atau ‘spasial’. GIS
(Geographic Information System) merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk
mengelola (input, manajemen, proses dan output) data spasial atau data yang
bereferensi geografis. GIS merupakan bagian dari kemajuan teknologi informasi.
Sebagai teknologi berbasis komputer, GIS harus diperhitungkan karena Teknologi
Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah,
pengelolaan sumber daya, perencanaan hutan, kartografi dan perencanaan rute.
Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu
tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk
mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi.
Indonesia merupakan salah satu
negara yang mempunyai kawasan hutan terluas didunia dengan kondisi
keanekaragaman yang sangat tinggi dimulai dari flora dan fauna. Dengan kawasan
yang sangat luas, indonesia menjadi negara yang tergantung pada produksi hutan,
terkhusus dibidang kayu log. Pada waktu penebangan maka diperlukan berbagai
sarana dan prasarana yang mendukung salah satunya adalah jalan sarad.
Dalam pemanenan hasil hutan di suatu
kawasan areal hutan, sebelumnya para pekerja harus membuat jalan sarad. Jalan
Sarad merupakan jaringan jalan yang dibuat untuk pengambilan kayu pada kawasan
hutan produksi. Dengan perencanaan yang baik jaringan jalan ini dapat menekan
dampak kerusakan yang terjadi. Penggunaan alat berat dalam kegiatan pembangunan
jalan sarad dan penyaradan kayu juga memberikan dampak besar terhadap kondisi
hutan.
Jalan sarad dalam hutan sangat penting
peranannya untuk memudahkan para pekerja dalam mengangkut kayu ke tempat yang
dituju. Dalam hal ini, pembuatan jalan sarad tidak serta merta langsung begitu
saja, untuk lebih memudahkan para pekerja dalam pembuatan jalan sarad pekerja
harus menggunakan alat yang dapat memberi gambaran informasi mengenai kondisi
geografis tempat tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja manfaat SIG dalam bidang kehutanan
2. Manfaat aplikasi SIG pada hutan hujan tripis
II.
PEMBAHASAN
A. Manfaat SIG Dalam Bidang
Kehutanan
1. Inventarisasi Sumber Daya Alam
Proses
pembangunan membutuhkan ketersediaan sumber daya alam. Informasi tentang sumber
daya alam secara cepat dan akurat sangat dubutuhkan untuk mendukung proses
pembangunan. Dengan bantuan perkembangan teknologi SIG dapat mendukung
menyediakan informasi tentang sumber daya alam. Adapun manfaat SIG dalam
inventarisasi sumber daya alam adalah sebagai berikut.
- Inventarisasi sumber daya air, terutama jumlah distribusi dan kualitas air, baik air permukaan maupun air tanah.
- Inventarisasi sumber daya lahan yang terdapat di suatu daerah terutama mengenai ketersediaan, kesesuaian, dan kemampuan lahan dalam mendukung proses pembangunan.
- Inventarisasi sumber daya mineral, yaitu informasi tentang jenis, kualitas, cadangan, dan persebaran mineral sebagai salah satu faktor penting dalam proses pembangunan.
- Inventarisasi sumber daya hutan, yaitu informasi yang meliputi luas, jenis, perkembangan, pemanfaatan, dan kerusakan hutan.
- Inventarisasi sumber daya laut, yaitu informasi tentang kandungan, permasalahan, dan pemanfaatan laut sebagai basis sumber daya pembangunan.
2. Manfaat
SIG pada pemanenan hasil hutan
Dalam pemanenan hasil hutan di suatu
kawasan areal hutan, sebelumnya para pekerja harus membuat jalan sarad. Jalan
Sarad merupakan jaringan jalan yang dibuat untuk pengambilan kayu pada kawasan
hutan produksi. Dengan perencanaan yang baik jaringan jalan ini dapat menekan
dampak kerusakan yang terjadi. Penggunaan alat berat dalam kegiatan pembangunan
jalan sarad dan penyaradan kayu juga memberikan dampak besar terhadap kondisi
hutan.
Banyaknya kayu yang dikeluarkan dari
kawasan hutan produksi akan tergantung sekali kepada kemampuan hutan produksi
tersebut menyediakan kayu serta bagaimana kegiatan pemanenan tersebut
dilaksanakan. Jalan sarad dalam hutan sangat penting peranannya untuk
memudahkan para pekerja dalam mengangkut kayu ke tempat yang dituju. Dalam hal
ini, pembuatan jalan sarad tidak serta merta langsung begitu saja, untuk lebih
memudahkan para pekerja dalam pembuatan jalan sarad pekerja harus menggunakan
alat yang dapat memberi gambaran informasi mengenai kondisi geografis tempat
tersebut sehingga Sistem informasi geografis (SIG) sangat diperlukan dalam
ragka untuk mensukseskan proses pemanenan hasil hutan dengan baik. Dengan
demikian, konsekuansi logis dari kegiatan pemanenan tersebut selain kayu yang
diperolah juga dampak secara langsung maupun tidak langsung dilapangan. manfaat
kegiatan pemanenan menggunakan SIG terhadap proses pemanenan adalah gambaran
bagaimana pemanenan tersebut dijalankan dan juga merupakan petunjuk bagaimana
kualitas pekerjaan pemanenan pada akhirnya karena Teknologi Sistem Informasi
Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya,
perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute.
3. Manfaat
SIG Bidang Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan penting dilakukan
untuk mengetahui apakah pemetaan lahan yang dilakukan oleh aktivitas manusia
sesuai dengan potensi ataupun daya dukungnya. Penggunaan lahan yang sesuai
memperoleh hasil yang baik, tetapi lambat laun hasil yang diperoleh akan
menurun sejalan dengan menurunnya potensi dan daya dukung lahan tersebut.
Integrasi teknologi penginderaan jauh dam SIG merupakan salah satu bentuk yang
potensial dalam penyusunan arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar penggunaan
lahan dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan penelitian, perencanaan,
dan pengembangan wilayah. Contohnya penggunaan lahan untuk usaha kehutanan,
budidaya hutan dan batas antara hutan dan pemukiman masyarakat.
B. Manfaat SIG Pada Hutan Hujun
Tropis
Hutan tropis merupakan ekosistem dan
juga sumber daya alam yang penting, baik secara lokal maupun global. Beberapa
fungsi dari hutan tropis adalah: produktif (ekonomis), perlindungan (ekologis),
psikologis dan keagamaan, serta wisata dan pendidikan. Luas hutan tropis
berkurang dengan sangat cepat selama tiga dekade belakangan ini dan laju
kerusakan hutan tropis adalah tertinggi di dunia.
Faktor-faktor pendorong kerusakan
hutan tropis berbeda dari negara ke negara, tetapi pada dasarnya bisa
dikelompokkan menjadi tiga: faktor sosial-ekonomi, meliputi pertambahan
penduduk, pertumbuhan ekonomi, kemiskinan; faktor fisik dan lingkungan,
meliputi kedekatan dari sungai dan jalan, jarak ke pusat kota, topografi,
kesuburan tanah; dan kebijakan pemerintah, meliputi kebijakan di bidang
pertanian, kehutanan, dan lain-lain. Perencanaan dan pengelolaan sumber daya
hutan yang baik mutlak diperlukan untuk menjaga kelestariannya.
Untuk itu, diperlukan informasi yang
memadai yang bisa dipakai oleh pengambil keputusan, termasuk diantaranya
informasi spasial. Sistem Informasi Geografis (SIG), Penginderaan Jauh (PJ) dan
Global Positioning System (GPS) merupakan tiga teknologi spasial yang sangat
berguna. Sebagian besar aplikasi SIG untuk kehutanan belum mencakup hutan
tropis, meskipun dalam sepuluh tahun ini aplikasi SIG untuk hutan tropis sudah
mulai berkembang.
Hal ini sejalan dengan perubahan
tren dalam perencanaan dan pengelolaan hutan tropis. Secara tradisional,
kebanyakan tujuan perencanaan adalah untuk keperluan produksi, terutama kayu.
Kemudian dengan semakin meningkatnya kesadaran akan nilai lingkungan hidup
disamping keuntungan ekonomi yang ditawarkannya, hutan semakin banyak dikelola
sebagai suatu sistem ekologis. Perubahan
tujuan pengelolaan hutan tersebut diiringi oleh perubahan dalam proses
perencanaan. Kecenderungan proses perencanaan adalah perubahan pendekatan dari top
down dan centralized menjadi bottom-up dan decentralized. Bersamaan
dengan itu masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, LSM dan masyarakat umum
mempunyai kesempatan memberikan partisipasi yang lebih tinggi dalam proses
perencanaan dan pengambilan keputusan.
Seiring dengan kecenderungan
tersebut, penggunaan informasi, termasuk indigenous knowledge, dalam
pengambilan keputusan meningkat. Pada khususnya, kita akan mendiskusikan point
yang terakhir, yaitu makin meningkatnya penggunaan dan kebutuhan informasi
kehutanan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Semakin rumitnya proses
pengambilan keputusan dalam berbagai aspek pengelolaan hutan membuat kebutuhan
akan informasi semakin esensial.
Beberapa cara memasukkan data ke
dalam SIG adalah melalui keyboard, digitizer, scanner, sistem penginderaan
jauh, survei lapangan, GPS. Sumber daya manusia sebagai komponen SIG bukan
hanya meliputi staf teknikal, yaitu yang bertugas dalam hal pemasukan data
maupun pemrosesan dan penganalisaan data, tetapi juga koordinator yang bertugas
untuk mengontrol kualitas dari SIG. Perencanaan dan pengelolaan sumber daya
hutan yang baik mutlak diperlukan untuk menjaga kelestariannya.
Untuk itu, diperlukan informasi yang
memadai yang bisa dipakai oleh pengambil keputusan, termasuk diantaranya
informasi spasial. Sistem Informasi Geografis (SIG), Penginderaan Jauh (PJ) dan
Global Positioning System (GPS) merupakan tiga teknologi spasial yang sangat
berguna. Sebagian besar aplikasi SIG untuk kehutanan belum mencakup hutan
tropis, meskipun dalam sepuluh tahun ini aplikasi SIG untuk hutan tropis sudah
mulai berkembang.
Hutan tropis merupakan ekosistem dan juga sumber daya
alam yang penting, baik secara lokal maupun global.
Informasi bisa dilihat sebagai input
dasar dari perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan dan
evaluasi. Tidak adanya dan tidak layaknya informasi bisa berakibat fatal pada
program dan proyek kehutanan. Contoh perangkat lunak yang banyak dipakai adalah
ARC/INFO, ArcView, IDRISI, ER Mapper, GRASS, MapInfo.
Beberapa cara memasukkan data ke
dalam SIG adalah melalui keyboard, digitizer, scanner, sistem penginderaan
jauh, survei lapangan, GPS. Sumber daya manusia sebagai komponen SIG bukan
hanya meliputi staf teknikal, yaitu yang bertugas dalam hal pemasukan data
maupun pemrosesan dan
Ada pun elemen fungsional SIG
meliputi pengambilan data, pemrosesan awal, pengelolaan data, manipulasi dan
analisa data, dan pembuatan output akhir. Penggunaan SIG untuk kehutanan tropis
di negara berkembang belum lama dimulai, dan cukup bervariasi antar negara,
yaitu dalam hal tujuan, aplikasi, skala operasional, kesinambungan, dan
pembiayaan. Proses dimulainya penggunaan SIG di negara berkembang pada umumnya
adalah dari proyek percontohan, dan bukan sistem yang berjalan secara
operasional. Oleh karena itu SIG sebagian besar dikembangkan tanpa sebuah
obyektif jangka panjang untuk mengintegrasikannya dengan SIG atau basisdata
lain.
SIG sebagian besar bukan dimaksudkan
untuk digunakan oleh banyak orang dan biasanya dirancang untuk keperluan
khusus. Selain itu SIG lebih banyak dikembangkan pada level regional daripada
level nasional dan urban. Dataset kebanyakan terdiri dari data biofisik,
sedangkan data sosial-ekonomi jarang tercakup. Karena pendanaan dari
pengembangan SIG kebanyakan dari bantuan internasional, proyek SIG cenderung dikelola
oleh ahli yang biasanya masa kerjanya pendek, dan bukan oleh staf lokal.
Memperbaiki kekurangan dalam
penggunaan dan pengelolaan informasi seharusnya merupakan prioritas utama pada
negara berkembang. Kapasitas untuk mengumpulkan dan memproses data yang relevan
seharusnya terus dikembangkan. Karena kebanyakan data yang relevan untuk
pengelolaan hutan merujuk kepada penyebaran spasial, SIG merupakan alat yang
sangat membantu.
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manfaat SIG
Dalam Bidang Kehutanan adalah sebagai berikut :
Inventarisasi
sumber daya hutan, yaitu informasi yang meliputi luas, jenis, perkembangan,
pemanfaatan, dan kerusakan hutan.
Pemanenan
hasil hutan, Dalam pemanenan hasil hutan di suatu kawasan areal hutan,
sebelumnya para pekerja harus membuat jalan sarad. Jalan Sarad merupakan
jaringan jalan yang dibuat untuk pengambilan kayu pada kawasan hutan produksi. Manfaat kegiatan pemanenan menggunakan SIG terhadap
proses pemanenan adalah gambaran bagaimana pemanenan tersebut dijalankan dan
juga merupakan petunjuk bagaimana kualitas pekerjaan pemanenan pada akhirnya.
Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah,
pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan
rute.
Penggunaan
lahan yang sesuai memperoleh hasil yang baik, tetapi lambat laun hasil yang
diperoleh akan menurun sejalan dengan menurunnya potensi dan daya dukung lahan
tersebut. Integrasi teknologi penginderaan jauh dam SIG merupakan salah satu
bentuk yang potensial dalam penyusunan arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar
penggunaan lahan dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan penelitian,
perencanaan, dan pengembangan wilayah. Contohnya penggunaan lahan untuk usaha
kehutanan, budidaya hutan dan batas antara hutan dan pemukiman masyarakat.
2. Manfaat SIG Pada Hutan Hujun Tropis
Perencanaan dan pengelolaan sumber
daya hutan yang baik mutlak diperlukan untuk menjaga kelestariannya. Untuk itu,
diperlukan informasi yang memadai yang bisa dipakai oleh pengambil keputusan,
termasuk diantaranya informasi spasial. Sistem Informasi Geografis (SIG),
Penginderaan Jauh (PJ) dan Global Positioning System (GPS) merupakan tiga
teknologi spasial yang sangat berguna. Sebagian besar aplikasi SIG untuk
kehutanan belum mencakup hutan tropis, meskipun dalam sepuluh tahun ini
aplikasi SIG untuk hutan tropis sudah mulai berkembang. Hutan tropis merupakan
ekosistem dan juga sumber daya alam yang penting, baik secara lokal maupun
global. Informasi bisa dilihat sebagai input dasar dari perumusan kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan dan evaluasi. Tidak adanya dan tidak
layaknya informasi bisa berakibat fatal pada program dan proyek kehutanan
Memperbaiki
kekurangan dalam penggunaan dan pengelolaan informasi seharusnya merupakan
prioritas utama pada negara berkembang. Kapasitas untuk mengumpulkan dan
memproses data yang relevan seharusnya terus dikembangkan. Karena kebanyakan
data yang relevan untuk pengelolaan hutan merujuk kepada penyebaran spasial,
SIG merupakan alat yang sangat membantu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,
2012. Subsistem SIG. http://imamwardany.com/sistem-informasi-geografis/
Diakses pada tanggal 14 mei 2012.
Amrullha,
2010. SIG untuk kehutanan tropis. http://www.cifor.cgiar.org/publications/pdf_files/Books/SIGeografis/SIG-part-1.pdf
Diakses pada tanggal 14 mei 2012.
Eddy Prahasta (2001), Sistem
Informasi Geografis, Informatika, Bandung.
Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-konsep
Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika. Bandung.
Puntodewo, Atie, Dkk.2003. Sitem
Informasi Geografi Untuk Pengelolaan SDA. Center for International Forestry
Research