Makalah Silvikultur ( deskripsi dan cara membudidayakan tanaman Xylocarpus granatum)



Makalah

SILVIKULTUR
    Nyirih (Xylocarpus granatum)   


 
                                                       
    


Oleh :
AKSAN ARDIYANSAH
M1A1 13 005






JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015




I.  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
                 Tanaman Mangrove merupakan salah satu tanaman yang dapat hidup pada lingkungan yang ekstrim, yang mana sifat - sifat fisika dan kimia pada habitatnya selalu berubah - ubah sebagai akibat pengaruh pasang surut, air tawar atau sungai, pengendapan lumpur, dekomposisi bahan organik dan lain-lain, sehingga tanaman ini memiliki potensi yang sangat baik untuk diteliti mengenai senyawa metabolit sekunder yang dikandungnya.
                      Mangrove yang merupakan komunitas vegetasi pantai memiliki karakteristik yang umumnya tumbuh di daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir, daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun hanya tergenang pada saat pasang purnama. Sebagai salah satu sumber daya alam di kawasan pesisir, komunitas hutan mangrove memiliki manfaat yang sangat luas ditinjau dari aspek ekologi, fisik ekonomi dan sosial.
                 Sukardjo (1984) dalam Prabowo mengatakan mangrove jenis Xylocarpus granatum ini mempunyai biji, buah dan kulit pohon yang bermanfaat sebagai obat untuk berbagai jenis penyakit karena mengandung senyawa metabolit sekunder. Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui morfologi dari mangrove jenis Xylocarpus granatum yaitu biji, buah dan kulit pohonnya memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku obat - obatan, namun pada daun dari mangrove ini belum diketahui kandungan senyawa metabolit sekundernya.
                 Masyarakat pesisir di Indonesia salah satunya di daerah Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau, secara tradisional telah memanfaatkan mangrove jenis Xylocarpus granatum untuk pengobatan penyakit sesak nafas dengan cara meminum air hasil rebusan daunnya.
B. Rumusan Masalah
A. Habitus dan Klasifikasi Xylocarpus granatum ?
B. Deskripsi umum Xylocarpus granatum ?
C. Perlakuan Silvikultur Tanaman Xylocarpus granatum ?


II. PEMBAHASAN
A. Habitus dan Klasifikasi Xylocarpus granatum
              Xylocarpus granatum memiliki habitus pohon dengan ketinggian mencapai 8 meter. Batang berwarna merah kecoklatan. Permukaan batang halus. Pada bagian tertentu dari batang terdapat bagian dari kulit batang yang mengelupas. Diameter batang besar. Sistem perakaran Xylocarpus granatum merupakan berupa sistem perakaran yang berbentuk seperti papan. Akar keluar dari batang secara radial. Akar berwarna coklat gelap dan agak kehitaman karena tertutup oleh substrat Daun Xylocarpus granatum merupakan daun compound yaitu sistem daun yang memiliki ibu tangkai daun, dimana dari ibu tangkai ini keluar tangkai-tangkai daun (daun majemuk). Daun tersusun secara alternate yaitu susunan dimana letak daun berselang seling, pada satu sisi dengan ketinggian yang sama hanya terdapat satu daun. Bentuk daun eliptical, bentuk ujung daun dan pangkal daun sama (Satriono, 2007).
 
            Klasifikasi Xylocarpus granatum menurut USDA (The US Departemen of Agriculture) dalam Supriatna, 2004). adalah sebagai berikut :
Kingdom                                                                     : Plantae
       Subkingdom                                                         : Tracheobionta
              Super divisi                                                   : Spermatophyta
                        Divisi                                                   : Magnoliophyta
                               Kelas                                            : Magnoliopsida
                                    Subklas                                    : Rosidae
                                           Ordo                                 : Sapindales
                                               Family                          : meliaceae
                                                    Genus                      : Xylocarpus
                                                         Species               : Xylocarpus granatum
                                                                Nama lain    : Carapa granatum Alston
                                                                     Nama Indonesia : Nyiri
B. Deskripsi umum Tanaman Xylocarpus granatum
              Pohon Xylocarpus granatum dapat mencapai ketinggian 10-20 m. Memiliki akar  papan yang  melebar ke  samping, meliuk-liuk dan  membentuk celahan-celahan. Batang  seringkali berlubang, khususnya pada pohon yang  lebih   tua. Kulit  kayu  berwarna coklat muda-kekuningan, tipis dan mengelupas, sementara pada cabang yang muda, kulit kayu berkeriput. Bunganya berukuran kecil dan berwarna merah mudah, memiliki buah yang keras, terbungkus seperti kapsul berbiji antara 12-18 biji yang bersatu erat dan bila matang berwarna emas kecoklatan.
   Ekologi Xylocarpus granatum Tumbuh  di sepanjang pinggiran sungai pasang surut, pinggir daratan dari mangrove, dan lingkungan payau lainnya yang  tidak  terlalu asin.  Seringkali tumbuh mengelompok  dalam  jumlah besar.  Individu yang telah tua seringkali ditumbuhi oleh epifit. Penyebaran Xylocarpus granatum Di Indonesia tumbuh di Jawa, Madura, Bali, Kepulauan Karimun  Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Sumba, Irian Jaya.
(Yudasakti et al, 2014).
            Buah Xylocarpus granatum Seperti bola   (kelapa),   berat bisa   1-2   kg,  berkulit, warna  hijau   kecoklatan.  Buahnya   bergelantungan pada dahan yang  dekat permukaan tanah dan  agak tersembunyi. Di dalam buah terdapat 6-16 biji besar- besar, berkayu dan  berbentuk tetrahedral. Susunan biji di dalam buah membingungkan seperti teka-teki (dalam bahasa Inggris disebut sebagai ‘puzzle  fruit’). Buah  akan  pecah pada saat kering.   Ukuran  buah: diameter 10 sampai 20 cm. Bunga Xylocarpus granatum terdiri dari dua jenis  kelamin atau  betina saja. Tandan  bunga (panjang 2-7  cm)  muncul dari  dasar (ketiak)  tangkai daun dan  tangkai bunga panjangnya 4-8 mm. Letak: di ketiak.  Formasi: gerombol acak (8-20  bunga per  gerombol). Daun  mahkota: 4; lonjong, tepinya bundar, putih kehijauan, panjang 5-7  mm. Kelopak  bunga: 4  cuping;  kuning muda,  panjang 3 mm. Benang sari: berwarna putih krem dan  menyatu di dalam tabung.
(Yudasakti et al, 2014).
Daun Xylocarpus granatum agak tebal, susunan daun berpasangan (umumnya 2 pasang pertangkai) dan  ada  pula  yang  menyendiri. Unit & Letak: majemuk & berlawanan. Bentuk: elips  - bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 4,5 - 17 cm x 2,5 - 9 cm. (Priyasmoro et al, 2014).       Manfaat Xylocarpus granatum Kayunya hanya tersedia dalam ukuran kecil, kadang- kadang digunakan sebagai bahan pembuatan perahu. Kulit kayu dikumpulkan karena kandungan taninnya yang tinggi (>24% berat kering) (Priyasmoro et al, 2014). Xylocarpus granatum, Bijinya digunakan secara oral untuk menyembuhkan diare dan kolera. Air ekstraknya dapat dibakai untuk membasuh luka (Kusmana, et al., 2003). Masyarakat pesisir di Indonesia salah satunya di daerah Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau, secara tradisional telah memanfaatkan mangrove jenis Xylocarpus granatum untuk pengobatan penyakit sesak nafas dengan cara meminum air hasil rebusan daunnya.
(Prabowo et al, 2008 ).
C. Perlakuan Silvikultur Tanaman Xylocarpus granatum
            Perlakuan silvikultur atau cara pembudidayaan tanaman merupakan tahapan yang penting dalam rangka untuk menghasilkan bibit yang baik. Pada tahapan ini diperlukan data yang akurat sehingga akan diperoleh hasil yang memuaskan dan pada akhirnya akan mencapai tingkat efisiensi yang diinginkan. Menurut Miyakawa, at al, 2014 Adapun cara untuk membudidayakan tanaman Xylocarpus granatum terdiri atas : pengumpulan benih, Seleksi Buah atau benih, pembersihan benih, persiapan media bedeng tabur dan polybag, penyiraman, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan  dan pengendalian hama dan penyakit.
a.    Pengumpulan benih Xylocarpus granatum
Buah dapat dipetik langsung dari pohon induknya dengan menggunakan pengait atau galah. Cara lain adalah dengan mengambil buah yang sudah jatuh, tetapi dipilih yang baik.
Gambar 3. Pengambilan buah Xylocarpus granatum
b.  Seleksi Buah atau benih Xylocarpus granatum
          Buah atau benih dipilih yang sudah matang secara fisiologis, sehingga jika disemaikan akan mudah berkecambah dan menghasilkan bibit yang berkualitas, dan bebas dari hama dan penyakit. Xylocarpus granatum Berbentuk seperti bola, berat mencapai 1-2 kg, berwarna hijau kecoklatan ketika muda dan coklat kekuningan ketika tua. Diameter buah 10-20 cm, terdapat 6-16 biji besarbesar, berkayu dan berbentuk tetrahedral.
c.  Pembersihan Buah/Biji
          Pembersihan buah/biji mangrove secara umum meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Rendam buah dalam air agar daging dan kulit buah melunak dan mudah dipisahkan dari biji.
2) Pilih biji yang terapung.
3) Untuk biji yang berukuran kecil, cuci biji dengan menggunakan pasir untuk menghilangkan lendir yang masih melekat.
4) Jemur biji di atas kertas, dan jangan jemur di bawah sinar matahari.
5) Tabur biji secepat mungkin, jangan simpan biji sampai beberapa hari.
          Pembersihan buah/biji mangrove Xylocarpus granatum secara umum meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Buah direndam sampai pecah kulitnya, dan pilih buah yang terapung. Kalau buah masih keras dapat dibantu degan melukai kulit buah menggunakan pisau atau parang. Rendam biji dalam air dan pilih biji yang terapung.
d. Persiapan Media Polybag dan Penaburan Biji di Bedeng Tabur
            Media yang digunakan adalah lumpur yang diambil di sekitar lokasi persemaian. Lumpur dikeringkan dan diayak dengan menggunakan ayakan 1 cm (butiran kurang 1 cm). Setelah media siap, selanjutnya dimasukkan ke dalam polybag dengan ukuran tinggi 20 cm dan dimeter 10 cm untuk semua jenis buah mangrove. Polybag memiliki lubang pada bagian samping dan bawah yang berjumlah 20.
            Penaburan Biji di Bedeng Tabur Biji diletakkan di atas media bedeng tabur dan tekan sedikit supaya biji nempel dengan media. Jarak antara biji adalah 2-3 cm untuk Xylocarpus spp.
                Penyusunan Bedeng Tabur Bedeng tabur diletakkan di atas rak yang lantainya 10 cm lebih tinggi dari puncak pasang agar biji dan kecambah pada bedeng tabur tidak terbawa oleh air pasang. Rak dibuat dari kayu dan berukuran panjang 3 m dan lebar 1 m dengan atap. Jika ada hama satwa liar maka dipasang jaring kawat.
e. Penyiraman
            Penyiraman dilakukan supaya biji/kecambah/bibit tidak mengalami kekeringan. Dalam penyiraman, sumber air diperoleh dari sumur, parit, sungai, atau laut. Penyiraman untuk Bedeng Tabur Penyiraman dilaksanakan dengan menggunakan sprayer setiap pagi supaya permukaan media tidak kering. Pada musim kemarau penyiraman dilakukan pagi dan sore.
f. Persiapan lahan
1. Pembongkaran Pintu Air dan Tanggul Tambak
            Sistem hidrologi menjadi faktor yang penting dalam persiapan lahan. Oleh
karena itu perlu dibuat jalan keluar masuknya air pasang surut. Untuk mendapatkan air pasang dari sungai, parit atau laut, pintu air tambak dibongkar kemudain tanggul antara tambak dan menghadap sungai, parit serta laut juga dibongkar selebar sekitar 1-2 m. Pembongkaran pintu air dan tanggul dilakukan paling lambat 4 bulan sebelum penanaman, agar air dan tanah menjadi cukup bersih.
2. Perbaikan Jalan
            Untuk memperlancar transportasi bibit dari persemaian ke lokasi penanaman, jalan diperbaiki pada bagian yang rusak dan memotong gulma/ rumput yang menghalangi jalan. Untuk memudahkan dan kelancaran kegiatan diperlukan adanya tanggul atau jembatan antar parit/ sungai. Jembatan dapat dibuat dari kayu atau bahan lain mudah didapat di sekitar lokasi penanaman.
3. Pemasangan Ajir
            Untuk petunjuk lokasi penanaman setiap bibit kepada tenaga kerja dan membedakan tanaman dari tumbuhan alam serta menstabilkan bibit setelah ditanam. Ajir dibuat dari bambu sepanjang 1 m dengan tanda cat merah ujungnya. Ajir dipasang seminggu sebelum penanaman. Ajir diperlukan bukan untuk menjaga bibit dari pasang surut, tetapi sebagai tanda tanaman.
g. Penanaman
1. Kriteria Bibit
            Bibit dari biji yang siap tanam adalah bibit tingginya sekitar 50 cm. Bibit dari propagul yang siap tanam adalah bibit yang berdaun 2 pasang dan tingginya > 50 cm termasuk panjang propagul.
2. Adaptasi Bibit
            Sebelum bibit dipindahkan ke lokasi penanaman, perlu dilakukan proses adaptasi bibit dengan pembukaan naungan. Proses adaptasi dilakukan paling tidak 1 bulan sebelum bibit dipindahkan.
3.  Pengangkutan Bibit
            Kegiatan pengangkutan bibit mangrove perlu hati-hati. Kerusakan akar dan pucuk bibit perlu dihindarkan. Proses pengangkutan bibit akan sangat ditentukan dengan jenis bibit dan jarak bibit dari persemaian ke lokasi penanaman. Bibit yang disemaikan dalam polybag memerlukan waktu pengangkutan yang relatif lebih lama karena dalam satu kali pengangkutan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan propagul untuk tanam langsung. Jarak lokasi tanam dari lokasi persemaian akan menentukan ketersediaan tenaga kerja.   Metode pengangkutan bibit tergantung dengan lokasinya. Jika jaraknya tidak terlalu jauh dapat menggunakan gerobak dorong atau dipikul Tetapi jika jarak dari persemaian ke lokasi penanaman jauh maka dipergunakan alat pengangkutan darat/air dan dilanjutkan dengan songro atau dipikul. Untuk menghindari kerusakan bibit selama proses pengangkutan, bibit dapat juga dikemas dalam kotak atau kantong plastik sebelum diangkut. Jumlah bibit yang diangkut dari persemaian ke lokasi penanaman disesuaikan dengan jumlah bibit yang akan ditanam dan ketersediaan tenaga kerja. Sebaiknya bibit yang diangkut dapat ditanam pada hari yang sama.
H. Pemeliharaan
1. Monitoring
          Kondisi tanaman dimonitor secara periodik selama dua tahun. Tujuan monitoring adalah untuk mengetahui kondisi tanaman dan mengetahui lebih dini jika terjadi adanya serangan hama dan penyakit. Parameter yang diamati adalah kondisi tanaman (sehat, terserang hama/penyakit) dan prosentase tanaman hidup. Bila diperlukan, maka dapat juga dilakukan pengamatan terhadap tinggi tunas, diameter batang dan parameter pertumbuhan lainnya. Monitoring dilaksanakan dengan metode sampling 5% dari jumlah tanaman dengan menggunakan sistim jalur searah garis diagonal pada setiap petak.
2. Penyulaman
          Penyulaman merupakan kegiatan lapangan untuk mempertahankan populasi tanaman sesuai yang diinginkan dan mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik. Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti tanaman yang mati atau rusak dengan bibit baru yang telah disiapkan
I. Pengendalian Hama dan Penyakit
1) Lokasi Persemaian.
a. Pencegahan
          Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
vPemilihan bibit yang sehat dan tidak ada lubang kecil,
vPemasangan kawat ram pada bedeng tabur/ bedeng sapih yang berisi bibit yang disukai tikus/wedeng, dan
vMonitoring atau pemeliharaan pembibitan dilakukan untuk mengetahui
vterjadi adanya serangan hama dan penyakit lebih dini.
b. Pengendalian Hama dan Penyakit
            Pengendalian hama di persemaian dapat dilakukan secara fisik dengan mematikan hamanya atau dengan membuang bibit yang terserang hama/penyakit. Apabila pengendalian hama/penyakit dilakukan dengan cara membuang bibit yang terserang hama/penyakit, maka :
v  Bibit tersebut harus dikubur dalam tanah,
v  Sisa polybag dari bibit yang mati tidak boleh digunakan kembali untuk bibit baru (diganti dengan polybag baru). Hal ini dimaksudkan agar hama/ penyakit tanaman tidak menyebar pada bibit yang baru,
v  Bekas polybag dikumpulkan dan dibuang, dan
vBekas media dikumpulkan dan diletakkan dibawah matahari langsung.
2) Lokasi Penanaman
a. Pencegahan
            Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
v  Penanaman dengan jenis yang beragam, tidak monokultur. Hama ulat menyukai salah satu jenis tanaman tertentu, sehingga penanaman dengan beberapa jenis lebih aman terhadap serangan hama/ penyakit.
v  Melindungi tanaman dari hama kepiting (wedeng) dengan botol plastik bekas yang dimodifikasi. Setelah tanaman cukup dewasa, maka botol plastik bekas dikumpulkan kembali dan dibuang pada tempatnya.
v  Monitoring atau pemeliharaan tanaman, untuk mengetahui terjadinya serangan hama dan penyakit secara lebih dini.
b. Pengendalian Hama dan Penyakit
            Jika sudah terjadi serangan hama dan penyakit, maka segera dilakukan pengendalian secara mekanik dengan mematikan hamanya; secara kimia dengan bahan organik bukan bahan kimia; dan secara biologis dengan menggunakan semut rangrang.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
            1. Xylocarpus granatum memiliki habitus pohon dengan ketinggian mencapai 8-20 meter. Batang berwarna merah kecoklatan. Permukaan batang halus. Pada bagian tertentu dari batang terdapat bagian dari kulit batang yang mengelupas. Sistem perakaran Xylocarpus granatum merupakan berupa sistem perakaran yang berbentuk seperti papan.
            2. Buah Xylocarpus granatum Seperti bola   (kelapa),   berat bisa   1-2   kg,  berkulit, warna  hijau   kecoklatan.  Di dalam buah terdapat 6-16 biji besar- besar, berkayu dan  berbentuk tetrahedral. Daun Xylocarpus granatum agak tebal, susunan daun berpasangan (umumnya 2 pasang pertangkai) dan  ada  pula  yang  menyendiri. Bunga Xylocarpus granatum terdiri dari dua jenis  kelamin atau  betina saja. Masyarakat pesisir di Indonesia salah satunya di daerah Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau, secara tradisional telah memanfaatkan mangrove jenis Xylocarpus granatum untuk pengobatan penyakit sesak nafas dengan cara meminum air hasil rebusan daunnya.
            3. Menurut Miyakawa, at al, 2014 Adapun cara untuk membudidayakan tanaman Xylocarpus granatum terdiri atas : pengumpulan benih, Seleksi Buah atau benih, pembersihan benih, persiapan media bedeng tabur dan polybag, penyiraman, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan  dan pengendalian hama dan penyakit.


DAFTAR PUSTAKA
Miyakawa, H. et al. 2014. Panduan Teknis Restorasi di Kawasan Konservasi         Ekosistem
Mangrove Lahan Bekas Tambak. Project on Capacity Building for Restoration of Ecosystems
in Conservasion Areas.       Jakarta.
Prabowo. Y. et al, 2008. Extraction of Secondary Metabolites Compound in          MangroveXylocarpus Granatum Leaves with Different Solvents.         FIKP UMRAH. Dosen ilmu Kelautan.
Satriono, A. 2007. Profil Mangrove Taman Nasional Baluran. Program studi         biologi fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam institut           teknologi sepuluh nopember. Surabaya
Supriatna, A. 2004. Pengaruh perendaman white spot syndrom virus (wssv)            dalam ekstrak biji mangrove (Xylocarpus granatum) terhadap        potogenitasnya            pada udang windu (panaeus monodon fabr.). IPB.                    Bogor
Yudasakti, P. et al, 2014. Mangroves Siak & Kepulauan Meranti. Environmental    & Regulatory Compliance Division Safety, Health & Environment         Department Energi Mega Persada. Jakarta



First


EmoticonEmoticon