Tugas :
Macam-Macam
Hama Serangga Pada Tanaman Serta
Cara Pengendaliannya
Oleh :
AKSAN ARDIYANSAH
M1A1 13 005
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU
LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
1. Tikus
Gejala serangan :
1.
Tikus menyerang berbagai tumbuhan.
2.
Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa
generatif, masa panen, tempat penyimpanan.
3.
Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji –
bijian tetapi juga batang tumbuhan muda.
4.
Tikus membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan
sering berlindung di semak – semak.
Pengendaliannya :
1.
Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para
tikus dan menangkap tikusnya.
2.
Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
3.
Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai
dalam waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk
mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen.
4.
Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau
dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah
direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum
tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati –
hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.
2. Wereng
Gejala serangan :
1.
Menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang –
lubang.
2.
Daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya
mati.
Pengendaliannya :
1.
Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan
penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman
dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman
palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2 bulan.
2.
b. Pengandalian hayati, yaitu dengan
menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba – laba predator Lycosa
Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss
lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia
octomaculata.
3.
Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan
insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan.
Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan
aman bagi lingkungan.
3. Walang
Sangit
Gejala serangan :
1.
Menghisap butir – butir padi yang masih cair.
2.
Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa,
atau liat.
3.
Kulit biji iu akan berwarna kehitam – hitaman.
4.
Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan
dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya
hidupnya lebih lama.
5.
Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji – biji
yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna
karbohidrat.
6.
Faktor – faktor yang mendukung yang mendukung populasi
walang sangit antara lain sebagai berikut.
·
Sawah sangat dekat dengat perhutanan.
·
Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
·
Penanaman tidak serentak
Pengendaliannya :
1.
Menanam tanaman secara serentak.
2.
Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang
tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang
sangit.
3.
Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan
menggunakan jala penangkap.
4.
Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam
sawah, atau dengan alga.
5.
Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan
predator alami beruba laba – laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi
walang sangit.
6.
Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan
insektisida.
4. Ulat
Gejala serangan :
1.
Aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama
pada malam hari.
2.
Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau
tulang daunya saja.
Pengendaliannya :
1.
Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada
bagian bawah daun.
2.
Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah
banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan
dibasmi.
3.
Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat
dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pertisida.
5. Tungau
Gejala serangan :
1.
Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah
daun untuk mengisap daun tersebut.
2.
Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak –
bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur.
Pengendaliannya :
1.
Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun –
daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.
6. Lalat
bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)
Gejala serangan :
1.
Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi
pada senja hari.
2.
Telur menetas setelah dua hari dan larva merusak titik
tumbuh. Pupa berwarna kuning kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar
dari pupa selama 1 minggu menjadi imago yang siap kawin.
3.
Hama ini menyerang terutama pada kondisi kelembaban
udara tinggi.
Pengendaliannya :
1.
Pengendaliannya diutamakan pada penanaman varitas yang
tahan.
7. Anjing
tanah atau orong-orong (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa African
Gejala serangan :
1.
Hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat
terowongan.
2.
Memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat
kerusakan tanaman lebih besar dari pada manfaatnya sebagai predator.
3.
Nimfa muda memakan humus dan akar tanaman, imago
betina sayapnya berkembang setengah, yang jantan dapat mengerik di senja hari.
Pengendaliannya :
1.
Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan tanah yang
baik agar terowongan rusak.
8. Uret (Exopholis
hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri)
Gejala serangan :
1.
Uret yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis
hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri
2.
Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu
dari telur – larva (uret) – pupa – imago (kumbang).
3.
Kumbang hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak
begitu merusak dibanding uretnya.
Pengendaliannya :
1.
Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang
baik agar vigor tanaman baik.
9. Ganjur
(Orseolia oryzae)
Gejala serangan :
1.
Hama ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina
hanya kawin satu kali seumur hidupnya, bertelur antara 100-250 telur. Telur
berwarna coklat kemerahan dan menetas setelah 3 hari.
2.
Larva makan jaringan tanaman diantara lipatan daun
padi, pertumbuhan daun padi jadi tidak normal.
3.
Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa
larva selama 6 – 12 hari. Siklus hidup keseluruhan 19 – 26 hari.
Pengendaliannya :
1.
Pengendalian diarahkan pada penanaman varietas yang
resisten, penggenangan areal pertanaman sesudah panen agar pupanya mati.
10. Pengorok
daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih palsu (Cnaphalocrosis
medinalis)
Gejala serangan :
1.
Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis)
menyerang daun padi sejak dipesemaian hingga dilapang.
2.
Daun padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal
kerangka daunnya saja.
3.
Larva bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai
sumber oksigen.
4.
Larva membuat gulungan/kantung dari daun padi kemudian
menjatuhkan diri ke air. Larva berwarna hijau, perkembangan sampai menjadi pupa
14 – 20 hari. Stadia pupa 4 – 7 hari.
Pengendaliannya :
1.
Meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva
tidak dapat memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.
2.
Lalat Tabanidae dan semut Solenopsis
gemitata merupakan musuh alami.
11. Penggerek
jagung (Ostrinia furnacalis)
Gejala serangan :
1.
Menyebabkan batang jagung retak dan patah.
2.
Kupu sebagai induk dari hama Ostrinia furnacalis
muncul di pertanaman pada malam hari, antara pk. 20.00 sampai pk. 22.00 dan
meletakkan telurnya pada jam-jam tersebut. Kupu betina meletakkan telur
sebanyak 300-500 butir pada daun ketiga. Telut berwarna putih kekuningan
diletakkan di bawah permukaan daun secara berkelompok. Biasanya ditutupi oleh
bulu-bulu.
3.
Setelah 4-5 hari telur menetas, ulat akan masuk ke dalam
batang setelah berumur 7-10 hari melalui pucuknya dan sering merusak malai yang
belum keluar. Selanjutnya ulat menggerek ke dalam batang dan kebanyakan pada
ruas batangnya, dan setelah habis digereknya pula ruas yang disebelah bawah.
Umur ulat 18-41 hari
4.
Gejala serangan ulat yang masih muda, tanda daun
kelihatan garis-garis putih bekas gigitan.
5.
Serangan berikutnya tampak adanya lubang gerekan pada
batang yang disertai adanya tepung gerek berwarna coklat. Apabila batang jagung
patah, tanaman akan mati.
6.
Tanaman inang selain jagung adalah cantel, Panicum
viride, bayam dan gulma Blumea lacera.
Pengendaliannya :
1.
Dengan cara pergiliran tanaman dengan tanaman yang
bukan merupakan inangnya.
2.
Tanaman yang terserang dipotong dan ditimbun dalam
tanah atau diberikan pada hewan ternak.
3.
Menghilangkan tanaman inang yang lain yang tumbuh
diantara dua waktu tanam.
4.
Membersihkan rumput-rumputan
5.
Cara kimiawi, pengendalian dilakukan sebelum ulat
masuk ke dalam batang. Beberapa jenis insektisida yang dinyatakan efektif
adalah: Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC, Hostation 40 EC, Karvos 20 EC
12. Kutu
daun persik (Myzus persicae)
Gejala serangan :
1.
Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya
kutu ini ditemukan dipucuk dan daun muda tanaman cabai.
2.
Mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga dan bagian
tanaman yang lain sehingga daun jadi keriting dan kecil warnanya brlang
kekuningan, layu dan akhirnya mati.
3.
Melalui angin kutu ini menyebar ke areal kebun.
4.
Efek dari kutu ini menyebabkan tanaman kerdil,
pertumbuhan terhambat, daun mengecil.
5.
Kutu ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi
permukaan daun akan ditumbuhi cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses
fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil dalam penyebaran virus.
Pengendaliannya :
1.
Pengendalian dengan cara menanam tanaman perangkap
(trap crop) di sekeliling kebun cabai seperti jagung.
2.
Pengendalian dengan kimia seperti Curacron 500 EC,
Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC, Hostation 40 EC, Orthene 75 SP.
13.
Thrips/kemreki (Thrips parvispinus)
Gejala serangan :
1.
Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan
melengkung ke atas.
2.
Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi
perantara penyebaran virus. sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala
luas dapa satu hamparan.
Pengendaliannya :
1.
Dengan pergiliran tanaman adalah langkah awal memutus
perkembangan Thrips.
2.
Memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive
Trap Paper), dengan cara digulung dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk
tanaman.
3.
Pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang
dapat dilih antara lain Agrimec 18 EC, Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP, Confidor
200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50 SC, Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion
40EC, Mesurol 50 WP. Dosis penyemprotan disesuaikan dengan label kemasan.
14. Ulat
grayak (Spodoptera litura)
Gejala serangan :
1.
Daun bolong-bolong pertanda serangan ulat grayak.
Kalau dibiarkan tanaman bisa gundul atau tinggal tulang daun saja.
2.
Ia juga memakan buah hingga berlubang akibatnya cabe
tidak laku dijual.
Pengendaliannya :
1.
Dengan cara mengumpulkan telur dan ulat-ulat langsung
membunuhnya.
2.
Menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa tanaman
yang menjadi tempat persembunyian hama dan pergiliran tanaman.
3.
Pasang perangkap ngengat UGRATAS, dengan cara
dimasukkan kedalam botol bekas air mineral ½ liter yang diberi lubang kecil
sebagai sarana masuknya kupu jantan. Karena UGRATAS adalah zat perangsang
sexual pada serangga jantan dewasa dan sangat efektif untuk dijadikan
perangkap.
4.
Jika terpaksa atasi serangan ulat grayak dengan Decis
2,5 EC, Curacron 500 EC, Orthene 75 Sp, Match 50 EC, Hostathion 40 EC,
Penyemprotan kimia dengan cara bergantian agar tidak terjadi kekebalan pada
hama.
15. Lalat
buah (Dacus ferrugineus Coquillet atau Dacus dorsalis Hend)
Gejala serangan :
1.
Lalat ini menusuk pangkal buah cabe yang terlihat ada
bintik hitam kecil bekas tusukan lalat buah untuk memasukkan telur.
2.
Buah yang terserang akan menjadi bercak-bercak bulat,
kemudian membusuk, dan berlobang.
3.
Setelah telur menetas jadi larva (belatung) dan hidup
di dalam buah sampai buah rontok dan membusuk larva akan keluar ke tanah dan
seminggu kemudian berubah menjadi lalat muda.
Pengendaliannya :
1.
Lakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai
perkembangan lalat.
2.
Kumpulkan semua buah cabai yang terserang dan
musnahkan.
3.
Kendalikan dengan perangkap metil eugenol yang sangat
efektif dengan cara memasukkan metil eugenol dalam kapas ke botol bekas air
mineral yang telah diolesi minyak goreng, atau diberi air. Gantungkan perangkap
di pingir kebun.
4.
Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan
Buldok, Lannate, Tamaron, Curacron 500 EC.
16. Belalang
Gejala serangan :
1.
Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat,
yaitu daun menjadi rombeng.
Pengendaliannya :
1.
Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara
manual.
2.
Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih
pagi dan berembun biasanya belalang tidak dapat terbang dengan sayap basah.
17. Kutu
perisai
Gejala serangan :
1.
Hama ini menyerang bagian daun.
2.
Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk
barisan di bagian tulang daun.
Pengendaliannya :
1.
Dapat diatasi menggunakan insektisida sistemik dengan
bahan aktif acephate.
18. Spider
mite
Gejala serangan :
1.
Spider mite mengisap cairan pada tanaman.
2.
Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning,
kemudian muncul bercak-bercak pada bagian yang diisap cairannya.
3.
Serangan Spider mite secara besar bisa mengakibatkan
daun habis dan tanaman mati. Spider mite lebih kebal terhadap insektisida.
Pengendaliannya :
1.
Disarankan menggunakan akarisida.
19. Fungus
gnats
Gejala serangan :
1.
Adalah serangga yang berbentuk seperti nyamuk berwarna
hitam.
2.
Larvanya yang berbentuk seperti cacing hidup di dalam
media tanam dan sering makan akar halus tanaman.
3.
Fungus gnats dewasa merusak seludang bunga, dengan
gejala serangan munculnya bintik-bintik hitam pada seludang bunga.
Pengendaliannya :
1.
Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya
dilakukan dengan menaburkan Nematisida seperti Furadan G ke media tanam.
2.
Sedangkan pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan
insektisida.
20. Cacing
liang (Radhopolus Similis)
Gejala serangan :
1.
Menghisap cairan pada akar tanaman.
2.
Tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi
lambat tumbuh dan kerdil serta menghasilkan bunga yang kecil.
Pengendaliannya :
1.
Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti
Furadan G yang ditaburkan pada media tanam sesuai aturan yang tertera dalam
kemasan.
2.
Aplikasi pestisida pada tanaman hias sebaiknya
digunakan secara bijak, mengingat dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Karena
umumnya tanaman hias diletakkan berdekatan dengan manusia, disamping juga
pertimbangan akan adanya kemungkinan serangga menjadi semakin kebal dengan
insektisida yang digunakan.
21. Kutu
Daun Tembakau (Myzus persicae)
Gejala serangan :
1.
Kutu ini merusak tanaman tembakau.
2.
Menghisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan
dan pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat.
3.
Kutu ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun
menjadi lengket dan ditumbuhi cendawan berwarna hitam.
4.
Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan
tekstur dan selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga.
5.
Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid,
gula, rasio gula alkoloid dan maningkatkan total nitrogen daun.
6.
Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu
daun dapat menyebabkan kerugian 22 – 28 % pada tembakau flue-cured.
Pengendaliannya :
1.
Mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan
insektisida yaitu apabila lebih besar dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu
tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu).
2.
Pestisida yang digunakan yaitu jenis imidaklorid.
22.
Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)
Gejala
serangan :
1.
Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm,
dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan
terdapat lubang gerekan bekas keluar larva.
2.
Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan
berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil.
Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi.
Pengendaliannya :
1.
Karantina; yaitu dengan mencegah masuknya bahan
tanaman kakao dari daerah terserang PBK
2.
Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk
tanaman maksimum 4m sehingga memudahkan saat pengendalian dan panen
3.
Mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen
sesering mungkin (7 hari sekali) lalu buah dimasukkan dalam karung sedangkan
kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam
4.
Menyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan
mengguna-kan kantong plastik dan cara ini dapat menekan serangan 95-100 %.
Selain itu sistem ini dapat juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus
5.
Cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC),
Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok 25 EC dengan volume semprot 250 l/ha dan
frekuensi 10 hari sekali.
23. Kepik
penghisap buah (Helopeltis spp)
Gejala serangan :
1.
Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung
berwarna coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan
letaknya cenderung di ujung buah.
2.
Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan
mati, tetapi jika buah tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi
perubahan bentuk.
3.
Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun
layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan meranggas.
Pengendaliannya :
1.
Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini
dengan insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis
<15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an dilakukan secara
menyeluruh.
2.
Dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam.
Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas
jorket dan diolesi gula.
EmoticonEmoticon